Pertanyaan:
Asw. Ustadz Farid Nu'man Hasan -semoga
Allaah SWT senantiasa menjaga Ustadz sekeluarga. Ana mau bertanya:
1. Bagaimana dengan Khatib Shalat Jum'at yang bercerita lucu sampai membuat sebagian besar jamaah tertawa (bahkan sampai 2 kali)?
2. Tentang tidak bolehnya memisahkan 2 orang yg sedang duduk pada shalat jum'at, bagaimanakah hukumnya? apakah mutlak, apapun keadaannya tidak boleh atau gimana? soalnya jamaah jum'at banyak yg tidak mengisi shaf depan terlebih dahulu.
Jazakumullaah khairan katsir. (STIS47)
1. Bagaimana dengan Khatib Shalat Jum'at yang bercerita lucu sampai membuat sebagian besar jamaah tertawa (bahkan sampai 2 kali)?
2. Tentang tidak bolehnya memisahkan 2 orang yg sedang duduk pada shalat jum'at, bagaimanakah hukumnya? apakah mutlak, apapun keadaannya tidak boleh atau gimana? soalnya jamaah jum'at banyak yg tidak mengisi shaf depan terlebih dahulu.
Jazakumullaah khairan katsir. (STIS47)
Jawaban:
Wa ‘Alaikum Salam wa
Rahmatullah wa Barakatuh.
Bismillah wal
hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Ashhabihi
wa Man waalah, wa ba’d:
Semoga kita semua selalu
dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khutbah Jumat adalah
momen yang bagus bagi para du’aat untuk mengingatkan manusia kepada
Allah Ta’ala, mengingatkan mereka kepada ukhuwah, ibadah, akhirat, kondisi
umat, dan semisalnya, yang bisa menggiring manusia pada opini yang positif dan
semangat dalam beragama. Oleh karenanya, mestilah hal itu menggunakan kata-kata
yang baik, serius, dan dapat dimengerti.
Hendaknya momen ini tidak diisi dengan hal-hal
yang dapat mengaburkan itu semua, dengan selingan-selingan yang tidak perlu
bahkan melalaikan, ngawur, dan melantur, dan tidak berbekas di hati manusia, sehingga
umat lupa dengan maksud dan materi khutbah. Di sisi lain, membuat nilai khutbah
tersebut menjadi rusak dan tidak
sempurna, walau tidak sampai membatalkannya.
Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu,
katanya:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ
وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ
وَمَسَّاكُمْ
“Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam jika berkhutbah, memerah matanya, suaranya meninggi,
emosinya begitu nampak, seakan Beliau sedang memperingatkan pasukan yang
berkata: siap siagalah kalian pagi dan sore!” (HR.
Muslim No. 867)
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
يستحب كون الخطبة فصيحة بليغة مرتبة
مبينة من غير تمطيط ولا تقعير ولا تكون الفاظا مبتذلة ملففة فانها لا تقع في
النفوس
“Khutbah disunahkan dengan kata-kata yang fasih dan lancar, tersusun
dan teratur rapi, mudah dimengerti jangan terlalu tinggi, dan bertele-tele,
atau melantur sebab hal itu tidak
berbekas dihati. Seharusnya Khathib memilih kata-kata yang mudah,
singkat dan berisi.” (Imam
An Nawawi, Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 4/528)
Imam Shiddiq Hasan Khan Rahimahullah berkata:
ثم اعلم أن الخطبة المشروعة هي ما كان يعتاده صلى
الله تعالى عليه وآله وسلم من ترغيب الناس وترهيبهم فهذا في الحقيقة روح الخطبة
الذي لأجله شرعت
“Ketahuilah, bahwa khutbah yang disyariatkan
adalah yang biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam,
yaitu memberikan kabar gembira dan menakut-nakuti manusia. Inilah hakikat yang
menjadi jiwa sebuah khutbah yang karenanya khutbah menjadi disyariatkan.” (Imam Shiddiq Hasan
Khan, Ar Raudhah An Nadiyah, 1/137)
2. Tidak ada larangan kita duduk di
antara dua orang, jika memang dua orang itu berjauhan dan kita pun ada ruang
yang cukup untuk duduk di antara mereka. Dengan kata lain, shaff yang
ada sangat longgar. Maka, duduknya kita di antara mereka justru bagus
karena mengisi kekosongan shaf. Jika hal itu dilarang, tentu shaff tidak akan
pernah penuh karena duduknya mereka
takut dianggap memisahkan di antara dua orang. Tentu tidak demikian.
Yang terlarang adalah
jika kita melewati atau berjalan di antara bahu manusia yang berdekatan secara
kasar, tergesa-gesa, atau kita duduk di
antara mereka secara paksa padahal tidak ada ruang yang cukup, dan saat itu
khutbah sedang berlangsung. Hal itu dilakukan supaya kita bisa dapat shaff yang
di depan. Maka hal itu menyakitkan
mereka, oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarangnya.
Abdullah bin Busr Radhiallahu
‘Anhu, berkata:
جَاءَ رَجُلٌ يَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ
يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ
فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ فَقَدْ
آذَيْتَ
Datang seorang
laki-laki yang melangkah di antara bahu manusia, pada hari Jumat, saat itu Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang berkhutbah, maka Beliau bersabda
kepadanya: “Duduklah, engkau telah menyakiti (orang lain, pen).” (HR. Abu Daud No. 1118, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 1704, Ibnul
Jarud dalam Al Muntaqa No. 294, Ibnu Khuzaimah No. 1811, Ath Thabarani
dalam Musnad Asy Syamiyin No. 1954. Syaikh Al A’zhami mengatakan: shahih.
Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah No. 1811, Al Hakim dalam Al Mustadrak No.
1061, katanya: shahih sesuai syarat Muslim. Disepakati oleh Imam Adz Dzahabi.
Imam Al ‘Aini mengatakan: isnadnya jayyid. Lihat ‘Umdatul Qari,
10/101)
Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr
Hafizhahullah menjelaskan:
ولا يجوز لإنسان أن يتخطى رقاب الناس
يوم الجمعة وكذلك في غير الجمعة، وعلى الإنسان أن يأتي مبكراً ويجلس في الأماكن
المتقدمة دون أن يتخطى رقاب الناس، لا أن يأتي متأخراً ثم يتخطى رقاب الناس من أجل
أن يجلس في مكان متقدم، ولتتم الصفوف الأول فالأول، ولا ينشأ الصف الثاني إلا إذا
امتلأ الصف الأول، ولا ينشأ الصف الثالث إلا إذا امتلأ الصف الثاني، ولا ينشأ الصف
الرابع إلا إذا امتلأ الصف الثالث وهكذا، وبذلك يكون كل من جاء يجلس حيث ينتهي به
المجلس، أو يقف حيث ينتهي به الموقف
Tidak boleh bagi
manusia melangkah di antara bahu orang lain pada hari (shalat) Jumat dan juga
pada selain Jumat. Mestinya manusia
datang bersegera dan duduk di tempat-tempat terdepan dengan tidak melangkahi
bahu manusia, bukannya memperlambat kemudian
dia melangkah di antara bahu manusia dengan harapan bisa duduk di tempat
terdepan, dan untuk menyempurnakan shaff yang pertama. Janganlah dia mengisi
shaff kedua, kecuali jika shaff yang pertama sudah penuh, dan jangan dia
memenuhi shaff ketiga, kecuali jika telah penuh shaff yang kedua, dan jangan dia
memnuhi shaff keempat kecuali jika telah penuh shaff yang ketiga, begitu
seterusnya. Dengan demikian setiap orang yang datang akan duduk ditempat akhir
dari majelis, atau berhenti di bagian akhir orang berhenti. (Syarh Sunan
Abi Daud, 6/394)
Demikian. Wallahu
A’lam
khutbah juga singkat dan padat, sy pernah baca hadis: "khutbah jumat lebih pendek drpd shalatnya" skrg malah kebalik, khutbah jumat terlalu lama, shalatnya sebentar
ReplyDeletemakasih atas penjelasanya yang sangat gamblang sekali
ReplyDeletesewa tenda camping garut
Jajanan Garut
free movie websites
best hair for men