Assalamu ‘Aikum, Wr.Wb. Hukum
membaca Shadaqallahul ‘Azhim, bid’ahkah? (Dari Yudhi Fadhil, Riau)
Jawab:
Wa Alaikum Salam Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim.Bismillah
wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala aalihi wa
ashhabihi wa man waalah, wa ba’du:
Sebagusnya
lisan kita sebagai penuntut ilmu jangan mudah mengeluarkan kata-kata bid’ah
atau haram, terhadap permasalahan yang kakikatnya kita belum tahu. Tahan
dahulu. Urusan bid’ah atau haram, adalah perkara besar dalam Islam. Sebab bagi pelakunya
diancam neraka oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Masih
bagus jika mereka mengatakan, “Masalah ini para ulama berbeda pendapat, ada
yang membolehkan ada pula yang melarang, tetapi saya pilih yang melarang.” Dengan demikian berarti kita telah jujur
dalam ilmu dan permasalahan, dan amanah dalam penyampaian.
Termasuk
dalam hal membaca shadaqallahul ‘azhim
setelah mebaca ayat. Saya tahu ada pihak yang membid’ahkan, alasannya
sederhana, karena tidak ada dalilnya hal itu dilakukan oleh Rasulullah dan
sahabat. Nah, benarkah masalah ini hanya satu pendapat yakni bid’ah? Ternyata
tidak, justru banyak Imam yang
mempraktekkannya diberbagai zaman dan madzhab. Maka, hendaknya mereka menjaga
lisan dan adab mereka, kalau pun tidak tahu, diamlah. Itu lebih baik
dari pada membongkar ketidaktahuan diri sendiri tentang khilafiyah
perkara khilafiyah.
Siapa sajakah para Imam yang pernah membacanya?
Pada
kesempatan ini saya hanya akan memaparkan para ulama yang membolehkan
saja. Ada pun pihak yang melarangnya,
seperti para ulama di Lajnah Daimah Saud Arabia, Syaikh Shalih
Fauzan, Syaikh Ibnu Utsaimin, dan lainnya tidak saya sampaikan, sebab jawaban
ini bertujuan sebagai klarifikasi (penjelasan) bahwa apa yang dituduhkan mereka
sebagai bid’ah, ternyata itu merupakan perbuatan atas rekomendasi para Imam
Ahlus Sunnah wal Jamaah lainnya. Sehingga, tidak sepantasnya bersikap keras
dalam perkara yang para imam terdahulu hingga saat ini mereka masih berselisih
pendapat.
Berikut
ini sebagian para ulama
yang membolehkan bahkan menerapkan membaca Shaddaqallahul ‘Azhim setelah
membaca Al Quran.
Imam Hasan Al Bashri Radhiallahu
‘Anhu
Dia adalah tokoh tabi’in senior. Dia termasuk tujuh ahli fiqih Madinah pada
zamannya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ketika membahas surat
Saba’ ayat 18, beliau mengutip ucapan Imam Hasan Al Bashri, sebagai berikut:
وقال الحسن البصري: صدق الله العظيم. لا يعاقب بمثل
فعله إلا الكفور.
Berkata Al Hasan Al Bashri: “Shadaqallahul ‘Azhim.
Tidaklah mendapatkan siksa semisal ini bagi pelakunya, melainkan orang kafir.” [1]
Imam Al Qurthubi Rahimahullah
Dalam
tafsirnya dia menulis:
"
وفى السماء رزقكم وما توعدون " فإنا نقول: صدق الله العظيم، وصدق رسوله
الكريم، وأن الرزق هنا المطر بإجماع أهل التأويل
“Dan di langit Dia memberikan rizki kepada kalian, dan
apa-apa yang dijanjikan kepada kalian,” Maka, kami berkata: Shadaqallahul
‘Azhim wa shadaqa rasul al karim, sesungguhnya maksud rezeki di sini adalah
hujan berdasarkan ijma’ ahli takwil ..dst.” [2]
Imam Ibnul ‘Iraqi Rahimahullah
Beliau ditanya begini;
وَسُئِلَ ابْنُ الْعِرَاقِيِّ عَنْ مُصَلٍّ قَالَ بَعْدَ
قِرَاءَةِ إمَامِهِ صَدَقَ اللَّهُ الْعَظِيمُ هَلْ يَجُوزُ لَهُ ذَلِكَ
وَلَا تَبْطُلُ صَلَاتُهُ فَأَجَابَ بِأَنَّ ذَلِكَ جَائِزٌ وَلَا تَبْطُلُ
بِهِ الصَّلَاةُ
Ibnul Iraqi ditanya tentang
orang yang shalat, setelah imam selesai membaca, orang itu membaca ‘Shadaqallahul
‘Azhim’, apakah boleh baginya dan tidak membatalkan shalatnya? Dia
menjawab: Hal itu boleh, dan tidaklah membatalkan shalat.” [3]
Imam
Syihabuddin Ar Ramli Rahimahullah
Dalam Nihayatul Muhtaj dia mengatakan:
لَوْ قَالَ صَدَقَ اللَّهُ الْعَظِيمُ عِنْدَ قِرَاءَةِ
شَيْءٍ مِنْ الْقُرْآنِ قَالَ م ر يَنْبَغِي أَنْ لَا يَضُرَّ
“Seandainya dia berkata Shadaqallahul ‘Azhim saat
membaca bagian dari Al Quran,(berkata Ar Rafi’i) maka itu tidak memudharatkan (tidak
mengapa).” [4]
Imam
Abu Hafs Umar Al Wardi Rahimahullah
Dalam Syarhul Bahjah Al Wardiyah beliau
berkata:
كُلُّ مَا لَفْظُهُ الْخَبَرُ نَحْوُ صَدَقَ اللَّهُ
الْعَظِيمُ أَوْ آمَنْتُ بِاَللَّهِ عِنْدَ سَمَاعِ الْقِرَاءَةِ بَلْ قَالَ
شَيْخُنَا ز ي : لَا يَضُرُّ الْإِطْلَاقُ فِي هَذَا
“Semua yang dilafazhkannya, seperti Shadaqallahul ‘Azhim
atau amantu billah, ketika mendengar bacaan Al Quran, bahkan syaikh kami
berkata: Tidak memudharatkan secara muthlak dalam hal ini (alias boleh).”[5]
Imam
An Nawawi Rahimahullah
Dalam Al
Majmu’ beliau mengatakan:
ثم صدق الله العظيم " يسئلونك عن الاهلة قل هي مواقيت
للناس والحج
“Kemudian Shadaqallahul ‘Azhim “Yas aluunaka ‘anil
ahilah qul hiya mawaqitu linnas.” [6]
Syaikh Dhiya’ Al Mishri dalam Fathul
Manan mengatakan:
ويستحب
للقارىء إذا انتهت قراءته أن يصدق ربه ويشهد بالبلاغ لرسوله صلى الله عليه وسلم
ويشهد على ذلك أنه حق فيقول: صدق الله العظيم، وبلغ رسوله الكريم، ونحن على ذلك من
الشاهدين.
“Dianjurkan bagi pembaca Al Quran, jika telah selesai
hendaknya dia membenarkan Tuhannya, dan bersaksi atas tabligh yang dilakukan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan bersaksi bahwa itu adalah
kebenaran, maka hendaknya membaca: Shadaqallahul
‘Azhim, Wa balagha rasuluhul karim, wa
nahnu ‘ala dzalika minasy syahidin.” [7]
Syaikh Athiyah Saqr, Mufti Mesir, ketika ditanya apa hukum membaca Shadaqallahhul ‘Azhim.
Dia mengkirtik dan memberi peringatan kepada orang-orang yang gampang
membid’ahkan termasuk masalah ini,
beliau berkata:
وقول "صدق الله العظيم " من القارى أو من السامع
بعد الانتهاء من القراءة ، أو عند سماع آية من القراَن ليس بدعة مذمومة، أولا لأنه
لم يرد نهى عنها بخصوصها، وثانيا لأنها ذكر لله والذكر مأمور به كثيرا ، وثالثا أن
العلماء تحدثوا عن ذلك داعين إليه كأدب من آداب قراءة القرآن ، وقرروا أن قول ذلك
فى الصلاة لا يبطلها، ورابعا أن هذه الصيغة أو قريبا منها ورد الأمر بها فى القرآن
، وقرر أنها من قول المؤمنين عند القتال .
قال تعالى : {قل صدق الله فاتبعوا ملة إبراهيم حنيفا} آل
عمران :95 ، وقال {ولما رأى المؤمنون الأحزاب قالوا هذا ما وعدنا الله ورسوله وصدق
الله ورسوله } الأحزاب : 22 ، وذكر القرطبى في مقدمة تفسيره أن الحكيم الترمذى
تحدث عن آداب تلاوة القراَن الكريم وجعل منها أن يقول عند الانتهاء من القراءة :
صدق الله العظيم أو أية عبارة تؤدى هذا المعنى .
“Kalimat Shadaqallahu
Al ‘Azhim yang diucapkan oleh pembaca Alquran atau oleh pendengar
setelah selesai membaca atau mendengar ayat-ayat Alquran, bukanlah bid’ah
tercela, bahkan memiliki landasan yang
cukup kuat. Yaitu:
1. Tidak ada satupun dalil
yang melarangnya
2. Kalimat itu merupakan
zikir.
3. Para ulama menjadikannya sebagai salah satu
adab ketika hendak membaca Al Quran. Bahkan menurut mereka jika ia
diucapkan dalam salat tidak membatalkan salat. Demikianlah pendapat kalangan
Hanafi dan Syafi’i.
4. Lafal atau ucapan tersebut
demikian dekat dengan apa yang diperintahkan dalam Alquran serta merupakan
ucapan orang mukmin di saat akan perang.
قل صدق الله فاتبعوا ملة إبراهيم حنيفا
Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan)
Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Dia Termasuk
orang-orang yang musyrik
(Ali Imran: 95)
ولما رأى المؤمنون الأحزاب قالوا هذا ما وعدنا الله ورسوله وصدق الله ورسوله
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan
yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kita. Benarlah
Allah dan Rasul-Nya.
Al-Qurthubi dalam muqaddimah tafsirnya
mengatakan bahwa menurut Imam al-Hakîm dan Imam At-Tirmidzî mengucapkan kalimat
shadaqallahu
al-azhim setelah selesai membaca Alquran merupakan salah satu
bentuk adab membaca Alquran.”[8]
Lalu Syaikh ‘Athiyah Shaqr melanjutkan:
وجاء فى فقه المذاهب الأربعة ، نشر أوقاف مصر، أن الحنفية
قالوا : لو تكلَّم المصلى بتسبيح مثل . صدق اللّه العظيم عند فراغ القارئ من
القراءة لا تبطل صلاته إذا قصد مجرد الثناء والذكر أو التلاوة ، وأن الشافعية
قالوا : لا تبطل مطلقا بهذا القول ، فكيف يجرؤ أحد فى هذه الأيام على أن يقول : إن
قول :
صدق الله العظيم ، بعد الانتهاء من قراءة القرآن بدعة؟ أكرر
التحذير من التعجل فى إصدار أحكام فقهية قبل التأكد من صحتها ، والله سبحانه
وتعالى يقول :{ولا تقولوا لما تصف ألسنتكم الكذب هذا حلال وهذا حرام لتفتروا على
الله الكذب إن الذين يفترون على الله الكذب لا يفلحون } النخل :116
“Terdapat dalam fiqih empat madzhab, yang telah tersebar
di Mesir, bahwa kalangan Hanafiyah mengatakan, seandainya orang yang shalat memuji Allah
Ta’ala dengan mengucapkan Shadaqallah Al ‘Azhim, setelah pembaca selesai
membaca Al Quran, maka itu tidak membatalkan shalatnya, jika dia memang murni
bermaksud memuji, dzikir, atau tilawah. Sedangkan Syafi’iyah mengatakan, ucapan
ini secara mutlak tidak membatalkan shalat. Lalu bagaimana bisa seseorang zaman ini mengatakan: membaca Shadaqallahul
‘Azhim setelah selesai membaca Al Quran adalah bid’ah? Apakah mesti
diulang-ulang peringatan tentang sikap tergesa-gesa menelurkan ketetapan hukum
fiqih sebelum menguatkan kebenarannya. Terakhir Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap
apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini
haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung”. (QS. An Nahl: 116).[9] Demikian, Wallahu A’lam.
[1] Imam Ibnu
Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Azhim, Juz. 6, Hal. 508
[2] Imam Al
Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkam AL Qur’an, Juz. 13, Hal. 15, lihat juga Juz.
16, Hal. 222
[4] Imam Muhammad Syihabbudin Ar Ramli, Nihayatul Muhtaj, Juz.
5, Hal. 60. Lihat juga Imam Zakariya Al Anshari, Hasyiyah Al
Jumal, Juz.4, Hal. 96. Mawqi’ Al
Islam
[5] Imam Abu Hafs Zainuddin Umar Al Wardi,
Syarhul Bahjah Al Wardiyah, Juz. 3, Hal. 496. Mawqi’ Al Islam
[6] Imam An
Nawawi, Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, Juz. 17, Hal. 208. Mawqi’ Ya’sub
No comments:
Post a Comment