Friday, February 14, 2014

Apakah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bisa membaca dan menulis?

Pertanyaan:
Assalamu'alaykum, ustadz mw bertanya ttg hadits ini
Benarkah Nabi Muhammad buta huruf?
Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas juga dikatakan, Nabi Muhammad berkata, “Ambilkan untukku secarik kertas dan tinta agar aku dapat menuliskan sesuatu yang tidak akan membuat kalian tanpa pedoman lagi.” (Lihat Shahihul Muslim dalam kitabul washiyyah di bagian tarkul washiyyati liman laisa indahu sya’i, suntingan Isa Al-Halabi, juz II, hlm. 16. Lihat juga Tarikhut Thabari, juz III, hlm. 193, dan Sahihul al-Bukhari, dalam kitabul jizyah di bab ikhrajul yahud min jaziratil Arab, juz IV, hlm. 65-66).
-apa yang dimaksud ummi(buta huruf)
-apakah mamang nabi Muhamad bs menulis?
mohon penjelasannya Ustadz, syukron (Dari Amir Udin)
Jawaban:
                Wa ‘Alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.
                Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala aalihi wa ashhabihi wa man waalah, wa ba’d:
                Saudara Amir Udin yang dirahmati Allah .......
                Tentang ke-ummi-an Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perkara yang sudah diketahui secara pasti dalam agama ini. Dan, hal itu sudah terjadi sepanjang zaman tanpa ada yang mengingkari.  Pandangan ini didasarkan kepada sumber-sumber Islam sendiri –yang tidak ada keraguan di dalamnya- yakni Al Quran dan As Sunnah.
                Ummi adalah dinisbatkan kepada Al Umm (Ibu) yang melahirkan, ada juga yang mengatakan dinisbatkan kepada ummatul arab,  ada juga yang menyebut  Ummul Qurra, namun pendapat pertama yang lebih masyhur. (Imam Al Alusi, Ruhul Ma’ani, 20/495)
                Imam Al Alusi mengatakan:
وأريد بذلك أنهم على أصل ولادة أمهم لم يتعلموا الكتابة والحساب
                Dan yang dimaksud dengan itu (Ummi) adalah karena mereka pada asal kelahiran ibu mereka tidak mengetahui tulisan dan berhitung. (Ibid. Lihat juga Tuhfah Al Ahwadzi, 8/264)           
                Budaya tulis menulis belum berkembang pada zaman itu, bahkan kemampuan menulis dan membaca bisa dianggap aib yang menunjukkan lemahnya daya hapal orang tersebut. Sebab saat itu daya hapal bangsa Arab sangat kuat; seperti kemampuan mereka dalam menghapal hingga ratusan syair dan silsilah nasab mereka di kepala mereka, bukan dalam tulisan.
                Oleh karenanya, keummi-an Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukanlah cela dan aib, justru menunjukkan keutamaan Beliau bersama masyarakatnya.
Dalam Al Quran Allah Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ 
                Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al Jumu’ah (62): 2)
                Ayat ini menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah rasulNya yang berasal dari kaum yang buta huruf.
                Imam Al Baidhawi Rahimahullah menjelaskan:
{ هُوَ الذى بَعَثَ فِى الأميين } أي في العرب لأن أكثرهم لا يكتبون ولا يقرؤون . { رَسُولاً مّنْهُمْ } من جملتهم أمياً مثلهم
                (Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf) yaitu kepada kaum Arab karena sebagian besar mereka tidak menulis dan tidak membaca. (seorang rasul  di antara mereka) dari kumpulan mereka yang ummi sebagaimana mereka. (Anwarut Tanzil, 5/293. Mawqi’ At Tafasir)
                Imam Al Alusi Rahimahullah juga menjelaskan demikian:
فالمعنى رسولاً من جملتهم أمياً مثلهم
                Jadi, maknanya adalah seorang rasul dari kumpulan mereka yang ummi seperti mereka. (Ruhul Ma’ani, 20/495. Mawqi’ At Tafasir)
                Demikian keterangan dari Al Quran dan penjelasan para mufassir.
                Ada pun dalam Al Hadits,  dari Ibnu Umar Radhilallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ
                Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi, kami tidak menulis dan tidak menghitung. (HR. Bukhari No. 1913, Muslim no. 1080, Abu Daud No. 2319, dll)
                Hadits ini adalah pengakuan yang menunjukkan keummi-an Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi w Sallam.
                Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah mengatakan:
الأمية: نسبة إلى الأميين، والمقصود بذلك كثير منهم، ولا يعني ذلك أنه لا توجد الكتابة والقراءة فيهم، بل كانت ففيهم ولكن بقلة، والحكم هنا الغالب، وقد كان النبي صلى الله عليه وسلم كذلك لا يقرأ ولا يكتب صلى الله عليه وسلم، وقد جاء بهذا القرآن الذي لو اجتمعت الإنس والجن على أن يأتوا بمثله لم يستطيعوا، وهو من عند الله عز وجل، وكونه أمياً لا يقرأ ولا يكتب هذا من أوضح الأدلة على أنه أتى بالقرآن من عند الله عز وجل، ولهذا يقول الله وجل: وَمَا كُنْتَ تَتْلُوا مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ [العنكبوت:48]، أي: لو أنه كان قارئاً كاتباً فيمكن أن يأتي به من عند نفسه، لكنه كان لا يقرأ ولا يكتب صلى الله عليه وسلم.

          Al Ummiyah: disandarkan kepada Al Ummiyyin, maksudnya adalah banyak di antara mereka, dan tidak berarti tidak ditemukan sama sekali tulisan dan bacaan pada mereka, bahkan hal itu ada pada mereka tapi sedikit, maknanya di sini menunjukkan yang umumnya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga begitu, dia tidak membaca dan tidak menulis. Beliau datang dengan membawa Al Quran, yang seandainya berkumpulnya manusia dan jin untuk mendatangkan yang sepertinya mereka tidak akan mampu membuatnya, dan Al Quran adalah dari Allah ‘Azza wa Jalla, keadaan Beliau yang ummi tidak dapat membaca dan menulis merupakan di antara penjelasan yang menunjukkan bahwa Beliau datang dengan membawa Al Quran dari sisi Allah ‘Azza wa Jalla, oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman: Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (QS. Al Ankabut (29): 48) yaitu seandainya Beliau bisa membaca dan menulis maka mungkin saja dia datang membawa Al Quran yang berasal dari dirinya sendiri, tetapi dia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak bisa membaca dan tidak pula menulis. (Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud, 12/498-499)
                Dalam keummi-annya,  Al Quran turun kepadanya. Ini justru menunjukkan keadaan tersebut adalah mu’jizat baginya.
                Imam Al ‘Aini menjelaskan:
وكونه- عليه السلام- أميا من جملة المعجزة
                Dan keadaannya –‘Alaihis salam- yang ummi termasuk di antara kumpulan mu’jizat. (Imam Al ‘Aini, Syarh Sunan Abi Daud, 4/267. Cet. 1, 1999M-1420H. Maktabah Ar Rusyd)
                Ada pun hadits yang menunjukkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bisa menulis, dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
ائْتُونِي بِالْكَتِفِ وَالدَّوَاةِ أَوْ اللَّوْحِ وَالدَّوَاةِ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا  
                Ambil-kan untukku kertas dan tinta , aku tuliskan untuk kalian kitab yang setelahnya tidak membuat kalian tersesat selamanya. (HR. Bukhari No. 114, 3053, 3168, Muslim No. 1637)
                Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dapat menulis. Lalu bagaimanakah sebenarnya? Betulkah Beliau yang menulis? Ataukah beliau perintahkan orang lain menulisnya?
                Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan sebagai berikut:
أكتب لكم أي آمر بالكتابة ومنها أن الأمراض ونحوها لا تنافي النبوة ولا تدل على سوء الحال
                (Saya tuliskan untuk kalian) yaitu perintah  untuk  membuat tulisan dan darinya merupakan berbagai  cacat dan semisalnya yang tidak menafikan kenabiannya dan tidak pula menunjukkan buruknya keadaan. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 11/94)
                Pemahaman ini juga dikuatkan oleh riwayat lain bahwa jika Beliau ingin menulis maka sahabatnya yang menuliskannya.
Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, menceritakan bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali menguasai Mekkah, beliau berkhutbah di hadapan manusia. Ketika beliau berpidato, berdirilah seseorang dari Yaman bernama Abu Syah, dan berkata:
يارسول اللّه اكتبوا لي، فقال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: "اكتبوا لأبي شاه
                “Ya Rasulullah, tuliskanlah untukku.” Lalu Rasulullah bersabda: “Tuliskan untuk Abu Syah.”
                Al Walid (salah seorang perawi hadits ini) bertanya kepada Al Auza’i:
ما قوله "اكتبوا لأبي شاهٍ؟" قال: هذه الخطبة التي سمعها من رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم.
                Apa maksud sabdanya: “Tuliskan untuk Abu Syah.” Dia menjawab: “Khutbah yang dia (Abu Syah) dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Bukhari No. 112, 2302, 6486.  Muslim No. 447, 1355. Abu Daud No. 2017, 3649, 4505. At Tirmidzi No. 2805. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 15818. Ibnu Hibban No. 3715. Ahmad No. 7242)
                Sekian jawaban saya, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam
               


No comments:

Post a Comment