Assalamu ‘Alaikum, Wr Wb. Saya sering melihat orang-orang
tasyahhudnya berbeda di sisi mengacungkan jari kedepan :
-Ada yang
dikibaskan
-Ada yang
biasa
-Ada yang
menunggu sampai bacaan tertentu
Saya sering
juga melihat orang-orang takbir berbeda
-Ada yang dengan
slowmotion/gerak lambat (Enggak bohong !!!!)
-Ada yangg
dengan dikekirikan/kanan
-Ada yangg
biasa...Yang mana yang benar
Tolong pencerahannya
Jazakumullah
(dari Ghotic Muslim)
Jawab:
Wa ‘alaikum Salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirrahim.
Apa yang Anda lihat, bahwa ada yang
mengkibaskan (menggerak-gerakkan), atau yang biasa saja, atau ada yang
menggerakkan pada bacaan tertentu, adalah khilafiyah yang memang benar-benar
ada. Maka Anda tidak usah heran, sebab itu terjadi lantaran perbedaan mereka dalam
menafsirkan hadits-hadits nabi tentang hal ini.
Dari Wail Bin Hujr Radhiallahu
‘Anhu, dia berkata:
وَوَضَعَ كَفَّهُ
الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ
الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ
وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو
بِهَا
Bahwa
rasulullah meletakkan tangannya yang kiri di atas pahanya dan lututnya yang
kiri, dan meletakkan siku kanan di atas paha kanannya, kemudian dia menggenggam
jari jemarinya dan membentuk lingkaran. Lalu dia mengangkat jarinya (telunjuk)
dan aku melihat dia menggerak-gerakkannya, sambil membaca doa.”[1]
Syaikh Al Albany mengomentari hadits ini:
أولا : مكان المرفق على الفخذ. ثانيا
: قبض إصبعيه والتحليق بالوسطى والإبهام .ثالثا
: رفع السبابة وتحريكها .رابعا : الاستمرار بالتحريك إلى
آخر الدعاء
Pertama.
Tempat siku adalah di paha. Kedua. Menggenggam jari jemari dan membentuk
lingkaran antara jari tengah dan jempol. Ketiga. Mengangkat jari telunjuk.
Keempat. Terus-menerus menggerakkannya sampai akhir do’a.[2]
Sangat
berbeda dengan Syaikh Al Albany, Imam Al Baihaqi mengomentari demikian:
يحتمل أن يكون المراد بالتحريك الاشارة بها. لا تكرير
تحريكها، ليكون موافقا لرواية ابن الزبير: أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يشير
بإصبعه إذا دعا لا يحركها. رواه أبو داود بإسناد صحيح.
“Mungkin
yang dimaksud dengan menggerakkan itu adalah memberikan isyarat menunjuk, bukan
menggerak-gerakkan secara berulang-ulang, agar hadits ini sesuai dengan riwayat
dari Ibnu Zubeir, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan
isyarat dengan jarinya jika dia berdoa tanpa menggerak-gerakkannya.”
Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih. [3]
Lalu Imam An Nawawi Rahimahullah
mengatakan:
واما الحديث المروى عن ابن عمر عن
النبي صلي الله عليه وسلم " تحريك الاصبع في الصلاة مذعرة للشيطان "
فليس بصحيح قال البيهقى تفرد به الواقدي وهو ضعيف
“Adapun hadits yang diriwayatkan dari
Ibnu Umar, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Menggerakan
jari dalam shalat adalah hal yang ditakuti syetan,’ tidaklah shahih.
Berkata Al Baihaqi: Al Waqidi meriwayatkannya sendiri, dan dia dha’if.”
[4]
Namun Syaikh Al Albany menyanggah
pendapat ini karena hadits dari Ibnu Zubeir yang katanya shahih menurut Imam al
Baihaqi, ternyata ghairu shahih (tidak shahih) menurut
hasil penelitiannya.[5]
Beliau juga memperkuat dengan hadits
dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لهي أشد
على الشيطان من الحديد
“Gerakan
telunjuk itu benar-benar lebih ditakuti syetan dibanding besi.” [6]
Beliau mengatakan bahwa para sahabat
nabi melakukan itu, yakni menggerakan jari sebagai isyarat ketika doa, karena
mereka menyontoh terhadap sesama sahabat lainnya. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abi Syaibah
secara hasan. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun
melakukannya pula pada semua duduk tasyahudnya. Sebagaimana yang diriwayatkan
oleh An Nasa’i dan Al Baihaqi dengan sanad shahih. [7]
Sementara Syaikh Sayyid Sabiq
Rahimahullah berkata:
وقد سئل ابن عباس عن الرجل
يدعو يشير بإصبعه؟ فقال: هو الاخلاص. وقال أنس بن مالك: ذلك التضرع، وقال مجاهد:
مقمعة للشيطان. ورأى الشافعية أن يشير بالاصبع مرة واحدة عند قوله (إلا الله) من
الشهادة، وعند الحنفية يرفع سبابته عند النفي ويضعها عند الاثبات، وعند المالكية،
يحركها يمينا وشمالا إلى أن يفرغ من الصلاة، ومذهب الحنابلة يشير بإصبعه كلما ذكر
اسم الجلالة، إشارة إلى التوحيد، لا يحركها.
“Ibnu Abbas ditanya tentang seorang yang memberikan isyarat dengan
telunjuknya. Beliau menjawab: ‘Itu menunjukkan ikhlas.’ Anas bin Malik berkata:
‘Itu menunjukkan ketundukan.’ Mujahid berkata: ‘Untuk memadamkan syetan.’
Sedangkan golongan syafi’iyah memberikan isyarat dengan jari hanya sekali yakni
pada ucapan Illallah (kecuali Allah) dari kalimat syahadat.
Sedangkan menurut golongan hanafiyah, mengangkat jari telunjuk ketika ucapan
pengingkaran (laa ilaha/tiada Tuhan) lalu meletakkan lagi ketika
ucapan penetapan (Illallah/ kecuali Allah). Sedangka menurut Malikiyah
menggerak-gerakan ke kanan dan ke kiri hingga shalat selesai. Sedangkan
madzhab Hanabilah (hambali) memberikan isyarat dengan jari telunjuk ketika
disebut lafzul jalalah (nama Allah) sebagai symbol tauhid, tanpa
menggerak-gerakkannya.” [8]
1.
Tata
Cara Mengangkat Tangan Takbiratul Ihram
Tidak dibenarkan slowmotion (terlalu
lama) atau terlalu cepat, dan di main-mainkan ke kanan ke kiri. Hendaknya
kita melakukan secara wajar mengikuti sunah nabi. Di angkat sejajar bahu
atau hampir sejajar bahu, bersamaan dengan takbir atau sebelum membaca
takbirtul ihram.
Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albany Rahimahullah:
( البخاري وأبو داود وابن خزيمة ) و ( كان يرفع
يديه تارة مع التكبير وتارة بعد التكبير وتارة قبله )
( أبو داود وابن خزيمة ) كان يرفعهما ممدودة
الأصابع [ لا يفرج بينها ولا يضمها ] )
( البخاري وأبو داود ) و ( كان يجعلهما حذو
منكبيه وربما كان يرفعهما حتى يحاذي بهما [ فروع ] أذنيه )
“Rasulullah mengankat kedua tangannya,
kadang bersamaan dengan takbir, kadangkala setelah
takbir, dan kadang kala sebelum takbir. “ (HR. Bukhari, Abu Daud,
dan Ibnu Khuzaimah)
“Rasulullah mengangkat kedua tangannya
dengan jari terbuka (tidak merenggangkan dan tidak menggenggamnya) (HR. Abu
Daud dan Ibnu Khuzaimah)
“Rasulullah mengangkat tangannya
hingga sampai sejajar kedua bahunya, dan terkadang sampai kedua telinganya.”
(HR. Bukhari dan Abu Daud) [9]
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:
والمختار الذي عليه
الجماهير، أنه يرفع يديه حذو منكبيه، بحيث تحاذي أطراف أصابعه أعلى أذنيه،
وإبهاماه شحمتي أذكيه، وراحتاه منكبيه.
قال النووي: وبهذا
جمع الشافعي بين روايات الاحاديث فاستحسن الناس ذلك منه.
ويستحب أن يمد
أصابعه وقت الرفع.
فعن أبي هريرة قال:
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا قام إلى الصلاة رفع يديه مدا. رواه الخمسة إلا
ابن ماجة.
وقت الرفع: ينبغي
أن يكون رفع اليدين مقارنا لتكبيرة الاحرام أو متقدما عليها.
فعن نافع: أن ابن
عمر رضي الله عنهما كان إذا دخل في الصلاة كبر ورفع يديه، ورفع ذلك إلى النبي صلى
الله عليه وسلم.
رواه البخاري
والنسائي وأبو داود.
وعنه قال: كان
النبي صلى الله عليه وسلم يرفع يديه حين يكبر حتى يكونا حذو منكبيه أو قريبا من
ذلك.
الحديث رواه أحمد
وغيره.
وأما تقدم رفع
اليدين على كبيرة الاحرام فقد جاء عن ابن عمر قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم
إذا قام إلى الصلاة رفع يديه حتى يكونا بحذو
منكبيه ثم يكبر،
رواه البخاري ومسلم.
وقد جاء في حديث
مالك بن الحويرث بلفظ: (كبر ثم رفع يديه) رواه مسلم.
وهذا يقيه تقدم
التكبيرة على رفع اليدين، ولكن الحافظ قال: لم أر من قال بتقديم التكبيرة على
الرفع.
Riwayat yang dipilih oleh jumhur
(mayoritas) adalah mengangkat tangan itu harus sejajar dengan kedua bahu sampai
ujung jari sejajar dengan puncak kedua telinga, kedua ibu jari dengan ujung
bawahnya serta kedua telapak tangan dengan kedua bahunya.
An
Nawawi mengatakan: “Dengan cara ini Asy Syafi’i telah menghimpun beberapa
riwayat hadits hingga ia mendapat pengakuan dari kalangan ulama.” Dan,
disunnahkan merenggangkan jari jemari pada saat mengangkat tangan. Dari Abu
Hurairah Radhiallahu ‘Anhu:
“Jika
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hendak melakukan shalat maka beliau
mengangkat kedua tangannya sambil merenggangkannya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu
Daud, An Nasa’i, dan At Tirmidzi kecuali Ibnu Majah)
Saat
mengangkat kedua tangan. Hendaknya mengangkat kedua tangan itu bersamaan
waktunya dengan mengucapkan takbiratul ihram atau mendahulukannya
sebelum membaca takbiratul ihram. Nafi’ berkata:
“Jika
Ibnu Umar hendak memulai shalat, maka ia membaca takbir dan mengangkat kedua
tangannya. Hal ini dinyatakannya berasal dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam.” (HR. Bukhari An Nasa’i dan Abu Daud)
Dari
Nafi’ juga: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat
kedua tangannya ketika takbir hingga sejajar dengan kedua bahu atau hamper
sejajar dengannya.” (HR. Ahmad dan lainnya)
Adapun
mendahulukan mengangkat kedua tangan sebelum takbiratul
ihram, maka telah ada riwayat dari Ibnu Umar dia berkata: “Apabila Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam berdiri hendak mengerjakan shalat maka beliau mengangkat
kedua belah tangannya sehingga sejajar dengan kedua bahunya, lalu beliau
membaca takbir.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan
telah diterima hadits dari Malik bin Al Huwairits dengan lafaz: “Ia membaca takbir, lalu
mengangkat kedua tangannya.” (HR. Muslim)
Hadits
ini membolehkan mendahulukan takbir daripada mengangkat tangan. Akan tetapi, Al
Hafizh (Ibnu Hajar) berkata: “Saya tidak pernah melihat adanya orang yang
mengatakan bahwa didahulukannya takbir daripada mengangkat kedua tangan.”[10]
Demikian. Wallahu A’lam
[1]
HR. An Nasa’i, Kitab Al Iftitah Bab Maudhi’ Al Yamin minasy
Syimali fish Shalah, Juz. 3, Hal. 433 No hadits. 879.
Ahmad, Juz.38, Hal. 331, No hadits. 18115.
[3]
Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz. 1, Hal. 170. Lihat juga Imam An
Nawawi, Majmu’ Syarah al Muhadzdzab, Juz. 3, Hal. 454.
[4]
Imam An Nawawi, Majmu’ Syarah al Muhadzdzab, Juz. 3, Hal. 454-455. Darul
Fikr.
[5]
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Tamamul Minnah, Juz. 1, Hal. 217.
[6]
HR. Ahmad, Juz. 12, Hal. 265, No hadits. 5728, Lihat pula Tamamul Minnah,
Juz. 1 Hal. 220. Dan Shifah ash Shalah an Nabi, Hal. 159.
[8]
Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz. 1,
Hal. 171. Lihat juga Imam An Nawawi, Majmu’
Syarah al Muhadzdzab, Juz. 3, Hal. 455.
[9]
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shifah Ash Shalah An Nabi,
Hal. 86. Maktabah Al Ma’arif Linasyr wat Tauzi’.
[10] Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus
Sunnah, Juz. 1, Hal. 142-143.
No comments:
Post a Comment