Hukum
Jual Beli Lelang
Oleh:
Farid Nu’man
Pertanyaan:
Assalamu'alaykum ustadz, saya ingin menanyakan
bagaimana hukum tentang lelang? Syukron (Dari Amir
Udin)
Jawaban:
Wa ‘Alaikum salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala
aalihi wa ashhabihi wa man waalah, wa ba’d:
Lelang (Al Muzayadah), arti secara bahasa (lughah-etimologi)
adalah:
التَّنَافُسُ فِي زِيَادَةِ ثَمَنِ
السِّلْعَةِ الْمَعْرُوضَةِ لِلْبَيْعِ
Berlomba-lomba
dalam menambah harga barang dagangan
yang dipamerkan untuk dijual.
Makna secara istilah (terminologi):
أَنْ يُنَادَى عَلَى السِّلْعَةِ
وَيَزِيدُ النَّاسُ فِيهَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ حَتَّى تَقِفَ عَلَى آخِرِ
زَائِدٍ فِيهَا فَيَأْخُذَهَا
Menyerukan barang
dagangan dan manusia satu sama lain
saling menambahkan harga terhadap barang
itu sampai berhenti penambahan itu pada
penawar tertentu lalu dialah yang mengambilnya. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah
Al Kuwaitiyah, 37/86)
Atau juga:
بِأَنْ يَعْرِضَ الْبَائِعُ سِلْعَتَهُ
فِي السُّوقِ وَيَتَزَايَدَ الْمُشْتَرُونَ فِيهَا ، فَتُبَاعُ لِمَنْ يَدْفَعُ
الثَّمَنَ الأْكْثَرَ
Seorang penjual yang
menawarkan barang dagangannya ke pasar, lalu para pembeli saling menaikan
harganya, lalu dia menjualnya kepada yang membayar harganya yang paling banyak.
(Ibid, 9/9)
Jual beli lelang (Al Muzayadah), kadang
dinamakan Ad Dalaalah, atau Al Munaadah, atau bai’u man yaziid,
atau menurut istilah ahli fiqih, Bai’ul Fuqaraa. (Ibid,
37/85-86)
Tentang jual beli dengan cara lelang, ada beberapa
hadits yang membicarakannya, sebagaian
menyebutkan larangannya, sebagian lain menunjukkan kebolehannya. Berikut
ini rinciannya:
- Hadits-hadits yang melarang lelang (Al
Muzayadah)
Pertama. Riwayat Imam Ahmad dan Imam Ath Thabarani
حَدَّثَنَا حَسَنٌ
حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ
زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ
سَمِعْتُ رَجُلًا
سَأَلَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ عَنْ بَيْعِ الْمُزَايَدَةِ
فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيعَ أَحَدُكُمْ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ إِلَّا الْغَنَائِمَ
وَالْمَوَارِيثَ
Berkata kepada kami Hasan, berkata kepada kami Ibnu
Luhai’ah, berkata kepada kami Ubaidillah bin Abi Ja’far, dari Zaid bin
Aslam, dia berkata: Aku mendengar seorang laki-laki bertanya kepada Abdullah
bin Umar tentang membeli dengan cara lelang. Dia berkata: “Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kalian membeli barang belian saudaranya kecuali pada harta
rampasan perang dan warisan.” (HR. Ahmad No. 5398, Ath Thabarani dalam Al
Awsath No. 8391)
Tentang Ubaidullah bin Abi Ja’far mayoritas ulama
memujinya. Imam Adz Dzahabi mengatakan: shaduuq mautsuuq (jujur dan
dapat dipercaya). Abu Hatim, An Nasa’i, dan lainnya mengatakan: tsiqah.
Ibnu Yunus mengatakan: dia seorang alim, zuhud, dan ahli ibadah. Sedangkan
Ahmad mengatakan: laisa biqawwi (tidak kuat). (Mizanul I’tidal,
3/4, No. 5351 ). Imam Bukhari meriwayatkan darinya tentang Al Ghusl dan
At Ta’bir. (At Ta’dil wat Tajrih, 2/944, No. 994). Al
‘Ijli mengatakan: laa ba’sa bihi – tidak apa-apa. (Ma’rifah Ats
Tsiqat, 2/109, No. 1152)
Tentang Zaid bin Aslam, dia adalah pelayan Umar
bin Al Khathab. Imam Ahmad dan Abu Zur’ah mengatakan: tsiqah. (Al
Jarh Wat Ta’dil, 3/555, No. 2511). Ibnu ‘Adi mengatakan: tsiqah
hujjah – terpercaya dan hujjah. (Mizanul I’tidal, 2/98, No. 2989).
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan tsiqah dan orang berilmu. (Taqribut
Tahdzib, 1/350, No. 2117)
Tentang kedhaifan Ibnu Luhai’ah – nama aslinya
Abdullah bin Luhai’ah bin ‘Uqbah Al Hadhrami- sudah sangat terkenal.
Abu Ishaq Ibrahim Al Jauzajaani mengatakan: jangan
mengambil haditsnya, jangan menjadikan haditsnya sebagai hujjah, dan jangan
terpedaya oleh riwayatnya. (Al Jauzajaani, Ahwal Ar Rijaal, Hal. 155,
No. 274). Dahulu Ibnu Luhai’ah adalah seorang yang shaduq (jujur),
namun hapalannya kacau setelah buku-bukunya terbakar. (Al Hafizh Ibnu Hajar,
Taqrib At Tahdzib, Hal. 538, No. 3653) Imam Yahya bin Ma’in mengatakan:
“lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah.” Bahkan Ibnu Ma’in mengatakan, bahwa
Ibnu Luhai’ah adalah lemah baik sebelum dan sesudah terbakar buku-bukunya. Yahya bin Said memandang haditsnya bukan
apa-apa. Ibnu Mahdi mengatakan: “Saya tidak membawa apa pun dari Ibnu
Luhai’ah.” Yahya bin Bakir mengatakan: “Buku-buku dan rumahnya terbakar pada
tahun 170H.” Yahya bin Said berkata:
“Berkata kepadaku Bisyr bin As Sirri, seandainya kau melihat Ibnu Luhai’ah,
janganlah kau bawa haditsnya sehuruf pun.” An Nasa’i mengatakan: dhaif.
(Mizanul I’tidal, 2/475-477)
Sedangkan Al Fallas mengatakan: “Barang siapa yang menulis darinya sebelum
buku-bukunya terbakar seperti Ibnul Mubarak dan Al Muqri’, maka mendengarkannya
adalah lebih shahih.”
Abu Zur’ah mengatakan: “Meriwayatkan darinya baik
yang awal dan akhir adalah sama saja, kecuali yang dari Ibnul
Mubarak dan Ibnu Wahab karena keduanya mengikuti dasar-dasarnya, dan dia
adalah orang yang tidak bisa dijadikan hujjah.” (Ibid)
Jadi, ada pengecualian, yakni jika hadits Ibnu Luhai’ah diriwayatkan oleh Ibnul
Mubarak, ibnu Wahab, dan Al Muqri, itu masih bisa diterima, karena mereka
menerima darinya saat buku-bukunya belum terbakar.
Sementara Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan:
semua perawinya tsiqat dan merupakan perawi Bukhari – Muslim, kecuali
Ibnu Luhai’ah, dia adalah perawi dhaif, sehingga isnad hadits ini dhaif.
(Lihat Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Tahqiq Musnad Ahmad No. 5398)
Sedangkan Imam Al Haitsami mengatakan:
“Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath Thabarani, di dalamnya terdapat Ibnu Luhai’ah,
haditsnya hasan, dan perawi lainnya adalah shahih.” (Majma’ Az Zawaid,
4/84)
Kedua. Riwayat Imam Al Baihaqi
أخبرنا أبو زكريا بن أبي إسحاق وأبو
بكر بن الحسن قالا ثنا أبو العباس الأصم أنا محمد بن عبد الله بن عبد الحكم أنا بن
وهب أخبرني عمرو بن مالك عن عبيد الله بن أبي جعفر عن زيد بن اسلم قال : سمعت رجلا
يقال له شهر كان تاجرا وهو يسأل عبد الله بن عمر عن بيع المزايدة فقال
Mengabarkan
kepada kami Abu Zakaria bin Abi Ishaq dan Abu Bakr bin Al Hasan, mereka berdua
berkata: berkata kepada kami Abu Al ‘Abbas Al Asham, bercerita kepada kami
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam, bercerita kepada kami Ibnu Wahab,
telah mengabarkanku Amru bin Malik, dari
Ubaidillah bin Abi Ja’far, dari Zaid bin Aslam, dia berkata: aku mendegar
seorang laki-laki yang dipanggil namanya
“Syahr” , seorang pedagang, dia
bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang membeli dengan cara lelang. Lalu Ibnu
Umar berkata: .................. (disebut ucapan Ibnu Umar seperti hadits pertama). (Imam Al
Baihaqi, Sunan Al Kubra No. 10669)
Tentang Abul Abbas Al Asham, berkata Az Zirkili: Muhaddits (ahli
hadits), orang Naisaburi. (Al I’lam, 7/145. Thabaqat As Shufiyah,
Hal. 5. Mawqi’ Al Warraq)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: dengan ini
sanadnya hasan, dan Amr bin Malik, haditsnya dijadikan penguat
(mutaba’ah) oleh Imam Muslim. Abu Zur’ah mengatakan: shalihul hadits
(haditsnya baik). Abu Hatim mengatakan: dia tidak apa-apa. Ibnu Hibban
memasukkannya dalam kitab Ats Tsiqaat (orang-orang terpercaya), dan para
perawi lainnya adalah perawi terpercaya. (Tahqiq Musnad Ahmad, 9/296)
Keempat. Riwayat Imam Ad Daruquthni dan Ibnu Jarud
ثنا أبو محمد بن صاعد إملاء نا محمد
بن عبد الله بن عبد الحكم حدثني بن وهب أخبرني عمر بن مالك عن عبيد الله بن أبي
جعفر عن زيد بن أسلم قال سمعت رجلا يقال
له شهر كان تاجرا وهو يسأل عبد الله بن عمر عن بيع المزايدة فقال
Bercerita kepada kami Abu Muhammad bin Shaa’id
Imla’, bercerita kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakkam, bercerita
kepadaku Ibnu Wahab, mengabarkan kepadaku Umar bin Malik dari Ubaidillah bin
Abi Ja’far, dari Zaid bin Aslam, katanya: aku mendengar seorang laki-laki dipanggil Syahr – seorang pedagang- dia
bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang membeli dengan cara lelang, maka Ibnu
Umar berkata: ....................... (disebut seperti riwayat pertama). (Riwayat
Ad Daruquthni No. 32, Ibnu Jarud dalam Al Muntaqa No. 570)
Tentang Abu Muhammad bin Shaa’id Imla’, berkata Al
khalili: “Terpercaya, seorang imam yang melebihi para huffazh di zamannya.” (Adz
Dzahabi, Siyar A’lam An Nubala, 14/502)
Tentang Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Hakkam, berkata Az Zirkili: “Orang
Mesir, Abu Abdillah, seorang faqih, di Mesir kepemimpinan ilmu berakhir
padanya. Dia bermadzhab Malik, pernah mengikuti Imam Asy Syafi’i, lalu dia
rujuk kepada Malik.” (Az Zirkili, Al I’lam, 6/223) An Nasa’i
mengatakan: tsiqah. Di tempat lain dia mengatakan: shaduq
(jujur). (Abu Bakar Muhammad bin Abdul Ghani Al Baghdadi, At Taqyid,
Hal. 74). Ibnu Abi Hatim mengatakan:
tsiqah shaduq. (Al Jarh wat Ta’dil, 7/300-301, No. 1630). Al
hafizh Ibnu Hajar mengatakan: faqih tsiqah. (Taqribut Tahdzib,
Hal. 862, No. 6028)
Sedangkan para perawi lainnya; Ibnu Wahab, Umar
bin Malik, Ubaidillah bin Abi Ja’far,
dan Zaid bin Aslam, adalah tsiqah. Maka semua perawi hadits ini adalah
tsiqah.
Kelima. Riwayat Imam Al Bazzar
من طريق ابن لهيعة : حدثنا يزيد بن
أبي حبيب ، عن المغيرة بن زياد ، عن سفيان بن وهب قال : سمعت النبي - صلى الله
عليه وسلم - ينهى عن المزايدة .
Dari jalan
Ibnu Luhai’ah, bercerita kepada kami Yazid bin Abi Habib, dari Al
Mughirah bin Ziyad, dari Sufyan bin Wahb, dia berkata: “Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang lelang.” (HR. Al
Bazzar No. 1276, Kasyf)
Imam Al Haitsami mengatakan: isnaduhu hasan-isnadnya
hasan. (Majma’ Az Zawaid, 4/84)
Yang benar adalah dhaif. Sebab, jelas
kelemahan Ibnu Luhai’ah karena jelek hapalannya setelah buku-bukunya terbakar.
Lalu Al
Mughirah bin Ziyad, telah terjadi perselisihan ulama tentangnya. Imam Ahmad
mengatakan: “dhaif, semua hadits
yang dimarfu’kan olehnya adalah munkar.”
An Nasa’i mengatakan: laisa biqawwi (tidak kuat). (Siyar
A’lamn An Nubala, 7/197)
Sementara Al ‘Uqaili menyebutkan dari Ahmad:
mudhtharibul hadits – haditsnya guncang. (Al ‘Uqaili, Adh Dhuafa,
4/176) Al Hafizh Ibnu hajar
mengatakan: “Shaduq lahu awham – jujur tapi memiliki kebimbangan.” (Taqrib
At Tahdzib, Hal. 964, No. 6834)
Yahya bin ma’in mengatakan: laisa bihi ba’san (dia tidak apa-apa) . (Dzikru
Min Ikhtalafal Ulama, Hal. 95)
Sementara Abu Daud mengatakan: “haditsnya baik,
dan ditsiqahkan oleh jamaah ahli hadits.” (As Siyar, 7/197)
Al ‘Ijli, Ibnu ‘Ammar, Ya’qub bin Sufyan
mengatakan: tsiqah. Ibnu Abi Hatim berkata: “Aku bertanya ayahku dan Abu
Zur’ah, mereka berdua menjawab: “Seorang syaikh,” apakah boleh berhujjah
dengannya? Mereka menajwab: “Tidak boleh berhujjah dengannya.” Ayahku (Imam Abu
hatim) mengatakan: “Dia orang shalih dan jujur, tapi tidak kuat.” (Al Hafizh
Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 10/232)
Imam Umar bin Ahmad Al Baghdadi mengatakan dari
Abu Hafsh bahwa pendapat Imam Ahmad lebih diikuti dibanding Yahya bin Ma’in
dalam hal ini. (Dzikru Min Ikhtalafal Ulama, Hal. 95)
Oleh karenanya, ada dua orang bermasalah pada hadits ini, maka dari itu
Syaikh Al Albani mendhaifkan hadits ini dan menyanggah penghasanan Imam Al
Haitsami. (As Silsilah Adh Dhaifah No. 3981)
Dan Al
Hafizh Ibnu Hajar juga mengisyaratkan kelemahannya, katanya: “Dalam isnadnya ada Ibnu Luhai’ah, dan dia dhaif
(lemah).” (Fathul Bari, 4/ 354). Begitu pula Imam Asy
Syaukani mengisyaratkan kelemahan hadits ini dengan mengatakan: “Tetapi dalam
isnadnya terdapat Ibnu Luhai’ah, dia dhaif.” (Nailul Authar,
5/169)
Keenam. Riwayat Ishaq bin Rahawaih
أخبرنا الوليد بن مسلم حدثني من
سمع عطاء الخراساني يحدث عن أبي هريرة رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه
وسلم أنه نهى عن المزايدة إلا في ثلاث
الميراث والشركة وبيع الغنائم
Telah mengabarkan kami Al Walid bin Muslim, berkata
kepada saya orang yang mendengar dari ‘Atha Al Khurasani, dia berkata dari Abu
Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, bahwa Beliau melarang lelang kecuali pada tiga hal: warisan,
syirkah, dan harta rampasan perang. (HR. Ishaq bin Rahawaih dalam Musnadnya
No. 438)
Riwayat ini lemah, karena ada perawi yang majhul
(tidak diketahui) identitasnya.
Selain itu Al
Walid bin Muslim adalah seorang imam dan ulamanya penduduk Syam, Imam Ahmad dan Ali Al Madini memujinya, tetapi
Abu Mashar menyebutnya sebagai mudallis (orang yang suka menggelapkan
sanad atau matan hadits). (Mizanul I’tidal, 4/347)
Imam As Suyuthi memasukkannya adalam kitab Asma’ul
Mudallisin – nama-nama para mudallis. (Lihat No. 63)
Sedangkan ‘Atha Al khurasani, telah ditsiqahkan oleh
Ibnu Ma’in dan Ahmad, hanya saja An Nasa’i mengatakan pada dasarnya dia tsiqah,
tetapi suka men-tadlis. Abu Hatim mengatakan: laa ba’sa bihi
- tidak apa-apa. Ya’qub bin Syaibah
mengatakan: “Terpercaya, terkenal dengan fatwa dan jihad.” (Siyar A’lamin
Nubala, 6/140-141)
* * * * *
Para Salaf Yang Memakruhkannya
Demikian hadits-hadits dengan berbagai jalurnya yang
menunjukkan larangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang
jual beli dengan cara lelang. Sebagian hadits ada yang lemah, ada yang
diperselisihkan kelemahannya, ada pula yang hasan. Larangan itu pun tidak berlaku untuk harta
rampasan perang, warisan, dan syirkah
(kongsi). Oleh karenanya, riwayat tentang larangan jual beli dengan cara lelang (Al
Muzayadah) adalah sah. Namun apakah larangan itu bermakna haram menurut
ulama? Ataukah bermakna lain?
Imam Ibnu Abi Syaibah mengatakan bahwa Mak-hul
memakruhkan membeli dengan cara lelang kecuali bagi orang-orang yang ikut
perkongsian. (Al Mushannaf No. 33640)
Imam Ishaq bin Rahawaih pernah ditanya tentang
lelang, dia menjawab:
أكرهه إلا في الميراث، والغنيمة،
والشركة
Aku membencinya (makruh), kecuali dalam warisan,
ghanimah, dan perkongsian.” (Lihat Masail Al Imam Ahmad bin Hambal wa
Ishaq bin Rahawaih, 6/2573. Cet. 1,
2002M-1425H. ‘Imadatul Bahts Al ‘Ilmi)
Imam Ibrahim An Nakha’i juga memakruhkannya. (Syaikh
Wahbah Az Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, 5/188), bahkan
beliau memakruhkan semua bentuk lelang tanpa pengecualian. (Al Mausu’ah
Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 37/87)
Selain itu, juga Imam
Al Hasan Al Bashri, Imam Ibnu Sirin, Imam Al Auza’i, Imam Ishaq, memakruhkan
lelang kecuali pada harta warisan dan ghanimah. (Al Mausu’ah,
37/87)
Demikianlah larangan ini, sebagian ulama salaf
memaknai sebagai makruh, bukan haram.
- Hadits Yang Membolehkan lelang
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu,
katanya:
أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ جَاءَ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُهُ فَقَالَ لَكَ فِي
بَيْتِكَ شَيْءٌ قَالَ بَلَى حِلْسٌ نَلْبَسُ بَعْضَهُ وَنَبْسُطُ بَعْضَهُ
وَقَدَحٌ نَشْرَبُ فِيهِ الْمَاءَ قَالَ ائْتِنِي بِهِمَا قَالَ فَأَتَاهُ بِهِمَا
فَأَخَذَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ ثُمَّ
قَالَ مَنْ يَشْتَرِي هَذَيْنِ فَقَالَ رَجُلٌ أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ قَالَ
مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا قَالَ رَجُلٌ أَنَا
آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ فَأَعْطَاهُمَا إِيَّاهُ وَأَخَذَ الدِّرْهَمَيْنِ
فَأَعْطَاهُمَا الْأَنْصَارِيَّ
Ada seorang laki-laki dari Anshar datang kepada
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bertanya kepadanya: “Apakah kamu
punya sesuatu di rumahmu?” Laki-laki itu menjawab, “Ya, sebuah kain sarung yang
sebagian kami pakai buat selimut tidur sebagiannya buat alasnya, dan sebuah
cangkir yang saya pakai buat minum.” Beliau
bersabda: “Bawakan kepadaku keduanya.” Lalu saya membawakan kedua barang itu
kepadanya, dan dia mengambil dengan tangannya, dan bersabda: “ Siapa yang mau
beli dua benda ini?” Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membeli keduanya
dengan satu dirham.” Beliau bersabda: “Siapa yang menambahkan satu dirham ini?”
Beliau mengulangnya dua atau tiga kali. Berkata seorang laki-laki: “Saya akan
membelinya dengan dua dirham.” Maka Nabi memberikan kedua benda itu kepadanya
dan mengambil dua dirham itu dan memberikannya kepada laki-laki Anshar
tersebut. (HR. Ibnu Majah No. 2198,
At Tirmidzi No. 1218, Abu Daud No. 1641, Ahmad No. 12134, Ibnul Jaarud dalam Al
Muntaqa’ No. 569, dan lain-lain, dan
ini adalah lafaznya Ibnu Majah)
Mari kita lihat sanadnya satu persatu
.............
Sanad dari Imam Ibnu Majah:
Berkata kepada kami Hisyam bin ‘Ammar, berkata
kepada kami Isa bin Yunus, berkata kepada kami
Al Akhdhar bin Al ‘Ajlan, berkata kepada kami Abu Bakar Al Hanafi,
dari Anas bin Malik: ............ (disebutlah hadits di atas)
Tentang Abu
Bakar Al Hanafi, nama aslinya adalah Abdullah. Imam Adz Dzahabi mengatakan: “tidak dikenal.” (Al
Mughni Fi Adh Dhua’afa, No. 3440)
Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah
mengatakan:
وقال البخاري لا
يصح حديثه وقال ابن القطان الفاسي عدالته لم تثبت فحاله مجهولة.
Berkata Al Bukhari: tidak shahih haditsnya. Ibnul
Qaththan berkata: ke-’adalahan-nya tidak kokoh, dan keadaannya tidak
diketahui. (Tahdzibut Tahdzib, 6/80)
Sanad dari Imam At Tirmidzi:
Berkata kepada kami Humaid bin Mas’adah,
mengabarkan kami ‘Ubaidillah bin Syumaith bin
‘Ajlan, mengabarkan kami Al Akhdhar bin Al ‘Ajlan, mengabarkan kami
Abdullah Al Hanafi, dari Anas bin Malik, katanya: ................
(disebut haditsnya)
Sanad ini pun terdapat Abdullah, yakni Abu Bakar
Al Hanafi yang majhul sebagaimana keterangan sebelumnya.
Tentang Humaid bin Mas’adah, berkata Al Hafizh
Ibnu Abi Hatim: “Dia shaduuq (jujur). (Al Jarh wat Ta’dil,
3/229. Juga Al Hafizh Adz Dzahabi, Al Kaasyif, 1/355. Juga Al Hafizh
Ibnu Hajar, Taqribut Tahdzib, Hal.
279, No. 1559)
Imam Abu Bakar Al Baghdadi mengatakan bahwa Al
Bukhari, At Tirmidzi, Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Al Baghawi, telah
meriwayatkan hadits darinya. (Takmilah Al Ikmal, 3/281)
Tentang Ubaidillah bin Syumaith bin ‘Ajlan, Imam
Yahya bin Ma’in mengatakan: “Tsiqah - terpercaya.” (Al Jarh wat
Ta’dil, 5/319), begitu pula yang dikatakan Imam Abu Daud. (Al
Kaasyif, 1/681), juga Al Hafizh Ibnu Hajar. (Taqribut Tahdzib,
Hal. 639, No. 4301)
Tentang Al Akhdhar bin ‘Ajlan, Imam Ibnu Ma’in
mengatakan: “tsiqah.” (Tarikh Ibnu Ma’in- Riwayah Ad Dauri,
4/306), Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Shaduuq - jujur.” (Taqribut
Tahdzib, Hal. 121, Hal. 291) ‘Abbas
mengatakan: “Dia tidak apa-apa.” Al Azdi mendhaifkannya. (Imam Abu
Muhammad Badruddin Al ‘Aini, Mughani Al Akhyar, 1/32)
Demikian para perawi At Tirmidzi, semuanya tsiqah
kecuali Abu Bakar Al Hanafi yang majhul, dan Al Akhdhar bin ‘Ajlan yang
didhaifkan Al Azdi, dan ditsiqahkan yang lainnya.
Sanad dari Imam Abu Daud:
Berkata kepada kami Abdullah bin Maslamah,
mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus, dari Al Akhdhar bin ‘Ajlan, dari Abu
Bakar Al Hanafi, dari Anas bin Malik, katanya: ............(disebut
hadits di atas)
Sanad ini juga terdapat Abu Bakar Al Hanafi yang majhul.
Sedangkan perawi lain seperti Al Akhdhar bin ‘Ajlan sudah dibahas sebelumnya.
Tentang Abdullah bin Maslamah, Imam Abu Hatim
mengatakan: tsiqah hujjah - bisa
dipercaya dan sebagai hujjah. (Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji, At
Ta’dil wat Tajrih, 2/926. Al Hafizh Ibnu Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil,
5/181), Imam Al’Ijli juga mentsiqahkan. (Ats Tsiqat, 2/61). Al
Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: tsiqah. (Taqribut Tahdzib, Hal.
547, No. 3620)
Tentang Isa bin Yunus, Imam Abu Zur’ah mengatakan:
“Haafizh –seorang hafizh.” Imam Abu Hatim mengatakan: “tsiqah.” (At
Ta’dil wat Tajrih, 3/1146). Imam Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats
Tsiqaat. (7/238, No. 9857). Al Hafizh Al ‘Ijli juga menyebutnya: tsiqah.
(Ma’rifah Atsiqaat, 2/200)
Sanad dari Imam Ahmad:
Bercerita kepada kami Yahya bin Sa’id, dari Al
Akhdhar bin ‘Ajlan, dari Abu Bakar Al Hanafi, dari Anas bin
Malik, katanya: .................... (lalu disebut hadits seperti di atas)
Semua perawi sudah dijelaskan sebelumnya di atas,
kecuali Yahya bin Sa’id, beliau adalah Yahya bin Said Al Qaththan seorang imam
hadits terkenal.
Sanad Imam Ibnul Jaarud:
Bercerita kepada kami Muhammad bin Ismail Ash Shaaigh, bahwa Ruh bin ‘Ubaadah
menceritakannya, berkata kepada kami Al Akhdhar bin ‘Ajlan At Taimi, dari
seorang Syaikh Bani hanafiyah bernama Abu Bakar Al Hanafi, dari
Anas bin Malik, katanya : ................... (seperti sebelumnya)
Muhammad bin Ismail Ash Shaaigh adalah ahli hadits
kota Mekkah. (Al Mu’ayyan No. 1121)
Sedangkan Ruh bin ‘Ubaadah, ditsiqahkan oleh Imam
Ibnu Hibban. Para imam mengambil hadits darinya seperti Imam Ahmad, Imam Ali Al
Madini, Imam Ibnu Ma’in, Imam Ishaq bin Ibrahim. (Ats Tsiqaat, 8/243),
Al Ijli mengatakan tsiqah. (Ma’rifah
Ats Tsiqat, 1/365)
Dan, sanad ini juga terdapat Abu Bakar Al Hanafi
yang majhul.
* * * * *
Demikian. Lalu bagaimanakah status hadits ini?
Berkata Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri Rahimahullah:
وأعله بن القطان
بجهل حال أبي بكر الحنفي ونقل عن البخاري أنه قال لا يصح حديثه كذا في التلخيص
Imam Ibnul Qaththan menilai cacat hadits ini,
karena adanya ke-majhul-an pada Abu Bakar Al Hanafi. Dikutip dari Imam
Al Bukhari bahwa dia berkata: “Tidak shahih haditsnya.” Demikian disebutkan
dalam At Talkhish. (Tuhfah Al Ahwadzi, 4/409)
Artinya, semua sanad hadits dhaif (lemah) lantaran majhul-nya
Abu Bakar Al Hanafi, apalagi menurut standar Imam Al Bukhari dia tidak shahih
haditsnya. Tidak shahih menurut ucapan Imam Bukhari, tidak bisa
diartikan hasan, sebab istilah hadits hasan belum ada pada masa Imam
Bukhari. Jadi, hadits ini adalah dhaif.
Begitu pula
menurut Syaikh Syu’aib Al Arnauth, beliau mendhaifkan sanadnya Imam
Ahmad. (Tahqiq Musnad Ahmad No. 12134), dan Syaikh Al
Albani mendhaifkan semuanya. (Takhrij Musykilah Al Faqr No. 41,
Tahqiq Misykah Al Mashabih No. 1851, Shahih wadh Dhaif Sunan Ibni Majah No.
2198, Shahih wadh Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 1218, Shahih wadh Dhaif
Sunan Abi Daud No. 1641, dan lainnya).
Sedangkan sanad Abu Daud, Syaikh Abdul Muhsin Al
‘Abbad Al Badr Hafizhahullah tidak tegas mendhaifkannya, Beliau
mengatakan:
والحديث في إسناده أبو بكر الحنفي وهو
مجهول لا يعرف، فهو إذاً غير صحيح.
Pada hadits ini, isnadnya terdapat Abu Bakar Al
Hanafi, dia seorang yang majhul (tidak diketahui) dan tidak dikenal, jadi
hadits ini tidak shahih. (Syarh Sunan Abi Daud, 9/61)
Namun para ulama lain tidak mendhaifkan hadits
ini. Imam Az Zaila’i mengatakan shahih.
(Imam Az Zaila’i, Nashbur Rayah Li
Ahadits Al Hidayah, 4/22. Cet. 1, 1997M-1418H. Muasasah Ar Rayyan)
Imam At Tirmidzi menghasankannya, dan mengatakan: “Saya tidak mengetahuinya
kecuali melalui hadits Al Akhdhar bin Al ‘Ajlan dan Abdullah Al Hanafi yang
meriwayatkan dari Anas, dan dia adalah Abu Bakar Al Hanafi.” (Sunan
At Tirmidzi No. 1218)
Imam Al Haitsami mengikuti penghasanan Imam At
Tirmidzi. Beliau mengatakan: “Diriwayatkan oleh Ahmad dan At Tirmidzi
menghasankan sanadnya. (Majma’ Az Zawaid, 4/84)
Begitu pula Al Hafizh Ibnu Hajar mengikuti
penghasanan Imam At Tirmidzi. (Fathul Bari, 4/354)
Umumnya mereka mengekor pada penghasanan Imam At
Tirmidzi. Wallahu A’lam
Selain hadits ini, ada riwayat lain yang
menunjukkan kebolehan jual beli dengan cara lelang, yakni dalam Shahih
Bukhari pada Kitab Al Buyuu’ Bab Bai’ Al Muzayadah (Kitab
Jual Beli Bab Jual Beli Lelang). Penjudulan yang dibuat oleh Imam Bukhari
sudah menunjukkan eksistensinya jual beli dengan cara lelang.
Para Salaf Yang Membolehkan Lelang
Imam Ibnu Abi Syaibah menyebutkan beberapa salaf
yang membolehkan lelang, seperti Ibnu Sirin (Al Mushannaf No. 33639),
Hammad (No. 33641), ‘Atha, dan
Mujahid (No. 33642).
Imam Al Baihaqi Rahimahullah mengatakan:
وروينا عن عطاء بن أبي رباح أنه قال
أدركت الناس لا يرون بأسا ببيع المغانم فيمن يزيد
Kami meriwayatkan dari ‘Atha bin Abi Rabbah, bahwa
dia berkata: “Saya menjumpai manusia, mereka memandang tidak masalah terhadap jual beli ghanimah pada orang yang
menambahkan harganya.” (Al Baihaqi, Sunan Al Kubra No.10669. Lihat
pula dalam Shahih Al Bukhari, pada Kitab Al Buyu’ Bab Bai’ Al
Muzayadah)
Kebolehan Lelang adalah Pendapat Mayoritas Ulama
Tertulis dalam Al Mausu’ah:
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى
إِبَاحَةِ بَيْعِ الْمُزَايَدَةِ ،
وَاسْتَدَلُّوا لِذَلِكَ بِفِعْل النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ....
Pendapat mayoritas fuqaha adalah membolehkan jual
beli dengan cara lelang, mereka berdalil dengan perbuatan Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam ... (lalu disebut hadits Anas bin Malik di atas). (Al
Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 37/87)
Sementara itu, Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah -bermadzhab Hambali- mengklaim telah terjadi ijma’
atas kebolehannya. Katanya:
وهذا أيضا اجماع فان المسلمين يبيعون في أسواقهم
بالمزايدة
Ini juga ijma, sesungguhnya kaum muslimin
menjual di pasar-pasar mereka dengan cara lelang. (Imam Ibnu Qudamah, Asy
Syarh Al Kabir, 4/42. Darul Kitab Al ‘Arabi, juga dalam kitabnya yang lain,
Al Mughni, 8/395. Mawqi’ Al Islam. Juga Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin
Salim, Manarus Sabil, 1/311. Cet. 7, 1989M-1409H. Maktab Al Islami)
Imam Al Bahuti Rahimahullah – juga dari
kalangan Hambali – pun mengatakan ijma’,
katanya:
( فَأَمَّا الْمُزَايَدَةُ فِي الْمُنَادَاةِ فَجَائِزَةٌ )
إجْمَاعًا فَإِنَّ الْمُسْلِمِينَ لَمْ يَزَالُوا يَتَبَايَعُونَ فِي
أَسْوَاقِهِمْ بِالْمُزَايَدَةِ .
(Adapun
lelang dalam jual beli Al Munaadah (jual beli dengan cara memanggil)
adalah boleh) secara ijma’,
karena kaum muslimin senantiasa jual beli di pasar-pasar mereka dengan cara
lelang. (Al Kasysyaf Al Qinaa’,
9/13)
Namun, klaim adanya ijma’ oleh kalangan
Hambaliyah dalam hal ini tidak sesuai kenyataan, sebab telah terjadi perselisihan para ulama sejak
masa ulama salaf, sebagaimana yang kami sebutkan di awal. Kalau pun mau
dikatakan ijma’, itu adalah ijma’ setelah masa-masa salaf.
Imam Al Kisani Rahimahullah –bermadzhab
Hanafi- mengatakan:
هُوَ بَيْعُ مَنْ يَزِيدُ وَأَنَّهُ لَيْسَ
بِمَكْرُوهٍ ؛ لِمَا رُوِيَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ { بَاعَ قَدَحًا وَحِلْسًا لَهُ بِبَيْعِ مَنْ يَزِيدُ } وَمَا كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَبِيعَ بَيْعًا مَكْرُوهًا
Itu adalah jual beli lelang, itu bukan makruh,
sebab telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menjual cangkir dan kain dengan penjualan lelang (bai’u man yaziid), dan
tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memakruhkan jual beli
seperti itu. (Imam Abu Bakar Al Kisani, Bada’i Ash Shana’i, 11/490.
Mawqi’ Al Islam)
Imam At Tirmidzi Rahimahullah menyebutkan
dalam Sunan-nya tentang hadits Anas bin Malik:
والعمل على هذا عند بعض أهل العلم ولم
يروا بأسا ببيع من يزيد في الغنائم والمواريث
Sebagian ulama mengamalkan hadits ini, mereka
memandang tidak masalah menjual secara lelang dalam harta ghanimah dan warisan.
(Sunan At Tirmidzi No. 1218)
Imam Ibnul ‘Arabi Rahimahullah –bermadzhab
Maliki- mengomentari ucapan Imam At Tirmidzi ini, beliau menyanggah kalau yang dibolehkan hanya
pada harta ghanimah dan harta warisan. Beliau membolehkan secara mutlak pada
harta apa saja, katanya:
لا معنى لاختصاص الجواز بالغنيمة
والميراث، فإن الباب واحد والمعنى مشترك.
Pembolehan tersebut tidaklah bermakna khusus bagi
ghanimah dan warisan, karena sesungguhnya penyebutannya memang satu namun maknanya banyak (musytarak).
(Al Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 4/354. Lihat juga Imam Asy
Syaukani, Nailul Authar, 5/169. Lihat juga Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Al
Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 5/187)
Imam Abul Hasan Al Mawardi Rahimahullah
–bermadzhab Syafi’i – mengatakan:
وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى أَنْ يَسُومَ الرَّجُلُ عَلَى سَوْمِ أَخِيهِ
" . وَصُورَةُ سَوْمِ الرَّجُلِ عَلَى سَوْمِ أَخِيهِ أَنْ يَبْذُلَ
الرَّجُلُ فِي السِّلْعَةِ ثَمَنًا ، فَيَأْتِي آخَرُ فَيَزِيدُ عَلَيْهِ فِي
ذَلِكَ الثَّمَنِ قَبْلَ أَنْ يَتَوَاجَبَا الْبَيْعَ ، فَإِنْ كَانَ هَذَا فِي
بَيْعِ الْمُزَايَدَةِ جَازَ : لِأَنَّ بَيْعَ الْمُزَايَدَةِ مَوْضُوعٌ لِطَلَبِ
الزِّيَادَةِ ، وَأَنَّ السَّوْمَ لَا يَمْنَعُ النَّاسَ مِنَ الطَّلَب
Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bahwa Beliau melarang seorang laki-laki menawar atas tawaran
saudaranya. Gambaran tawaran seseorang atas tawaran saudaranya adalah seorang
yang memberikan harga pada barang dagangan, lalu datang orang lain yang
menambahkan harga tersebut sebelum keduanya
transaksi, jika ini terjadi pada jual beli lelang, maka boleh, karena
memang jual beli lelang menuntut adanya tambahan, dan sesungguhnya
sebuah tawaran tidaklah mencegah manusia dari tuntutan itu. (Al Hawi fi
Fiqhi Asy Syafi’i, 5/344)
Imam Asy Syaukani Rahimahullah –awalnya
bermadzhab Zaidi namun para ulama mengakuinya
telah mencapai posisi sebagai mujtahid mutlak- beliau mengatakan:
فيه دليل على على جواز بيع المزايدة
وهو البيع على الصفة التي فعلها النبي صلى الله عليه وآله وسلم كما سلف وحكى
البخاري عن عطاء أنه قال أدركت الناس لا يرون بأسا في بيع المغانم فيمن يزيد ووصله
ابن أبي شيبة ن عطاء ومجاهد وروى هو وسعيد بن منصور عن مجاهد قال لا بأس بيع من
يزيد
Dalam hadits ini terdapat dalil atas kebolehan
jual beli dengan cara lelang, yaitu jual beli yang bentuknya telah dilakukan
oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana telah lalu. Imam Al
Bukhari telah menceritakan dari ‘Atha bahwa Beliau menjumpai manusia memandang
tidak mengapa menjual ghanimah kepada orang yang menambah nilai harganya
(lelang). Ibnu Abi Syaibah menyambungkan kepada ‘Atha dan Mujahid, dan
diriwayatkan oleh Said bin Manshur dari Mujahid, dia berkata: “Tidak apa-apa
menjual dengan cara lelang.” (Nailul Authar, 5/169)
Yang terlarang adalah jika penjual sudah ridha
dengan satu harga dan sudah menahan dengan harga itu, lalu datang orang lain
yang membeli dengan harga lebih tinggi, maka ini haram, sebab dia telah membatalkan
secara sepihak dengan pihak pertama dan telah membohonginya. Berbeda dengan
lelang, tidak ada kesepakatan apa pun sebelumnya dengan para penawar,
kesepakatan baru terjadi dengan pihak penawar dengan harga tertinggi, sehingga
tak ada kesepakatan apa pun yang dilanggar dan tidak ada yang dicurangi.
Wallahu A’lam
Pendapat Ulama Kontemporer
1.
Syaikh
Wahbah Az Zuhaili Hafizhahullah mengatakan:
وهو أن ينادي على
السلعة، ويزيد الناس فيها بعضهم على بعض حتى تقف على آخر زائد فيها فيأخذها، فهو
بيع صحيح جائز لا ضرر فيه.
Lelang adalah
menawarkan dengan seruan terhadap sebuah
barang, dan manusia satu sama lain
menambahkan harganya sampai berhenti, maka yang akhir yang berhak
mengambilnya. Ini adalah jual beli yang sah dan boleh, dan tidak ada masalah di
dalamnya. (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 4/592)
2.
Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah
Beliau mengatakan:
وهذا الحديث يدل على جواز البيع
بالمزايدة، وأنه لا يدخل في النهي عن البيع على البيع، لأن النهي عن البيع على
البيع يكون إذا وجد الاستقرار وتمام البيع، ويكون في مدة خيار، وأما أن يقول: من
يشتري هذا؟ فيقول رجل: أنا بكذا، ثم يزيد آخر فهذا لا بأس به
Hadits ini menunjukkan kebolehan membeli dengan
cara lelang, dan itu tidak termasuk dalam lingkup larangan membeli sesuatu
terhadap barang yang sudah pesan orang
lain, karena larangan membeli terhadap barang yang sudah dibeli baru terjadi
jika sudah ada ketetapan sempurna terhadap barang belian tersebut, yang dengan
itu membuatnya mengambil pilihan. Ada pun orang mengatakan: “Siapa yang mau
membeli ini?” ada orang menjawab: “Saya membeli sekian,” lalu yang lainnya
menambahkan harga, maka itu tidak apa-apa. (Syarh Sunan Abi Daud,
9/61)
3.
Syaikh
Muhammad Shalih Al Munajid Hafizhahullah
Beliau mengatakan:
الحمد لله : عقد المزايدة عقد صحيح إذا
تمّ بالشّروط الشّرعية وهذا مذهب جمهور أهل العلم ومما استدلوا به حديث أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ .....
Alhamdulillah .. akad lelang adalah akad yang sah,
jika terpenuhi syarat-syarat syar’iyah-nya. Ini adalah madzhab mayoritas ulama.
Di antara alasan mereka adalah hadits Anas bin malik ... (lalu disebut hadits
yang telah kami bahas di atas) ... dst. (Fatawa Islam Su’al wa Jawab,
Pertanyaan No. 2150. Penanggung jawab: Syaikh Muhammad Shalih Al Munajid)
4.
Syaikh
Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah
Beliau mengatakan:
وهذا بيع جائز
بإجماع المسلمين، كما صرح به الحنابلة فصححوه ولم يكرهوه، وقيده الشافعية بأمرين:
أن لا يكون فيه قصد الإضرار بأحد، وبإرادة الشراء وإلا حرمت الزيادة لإنها من
النجش.
Ini adalah jual beli yang dibolehkan berdasarkan ijma’
kaum muslimin, sebagaimana yang dijelaskan kalangan Hanabilah (Hambali) mereka
men-sah-kannya dan tidak memakruhkannya. Kalangan Syafi’iyah memberikan
dua syarat: Tidak boleh ada maksud melakukan dharar (kerusakan) kepada
seseorang, dan hendaknya dia berkehendak membelinya, jika tidak maka itu
tambahan (harga) yang diharamkan, karena itu termasuk An Najasy (semata-mata untuk menyingkirkan
orang lain). (Fatawa Asy Syabkah Al Islamiyah, No fatwa. 17455)
5.
Syaikh
Hisamuddin bin Musa ‘Afanah
Beliau mengatakan:
وبيع المزايدة مشروع وجائز ويدخل في عموم قوله
تعالى :( وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ ) ومما يدل على مشروعيته ما يلي...
Jula beli dengan lelang adalah masyruu’ (dibenarkan
syariat) dan boleh, itu termasuk dalam keumuman firmanNya Ta’ala: (Allah
menghalalkan jual beli). Dan, yang menunjukkan pensyariatannya adalah sebagai
berikut .... (lalu Beliau menyebutkan beberapa dalil). (Fatawa
Yas’alunaka, 4/113. Syamilah)
Dan lain-lainnya. Sekian.
Wallahu A’lam
ReplyDeleteInilah Saatnya Menang Bersama Legenda QQ
Situs Impian Para pecinta dan peminat Taruhan Online !!!
Hanya Dengan 1 id bisa main 7 games boss !!!
CAPSA SUSUN | PLAY POKER | BANDAR POKER | BandarQ | Domino99 | AduQ | SAKONG Terbaik
Keunggulan Legenda QQ :
- MINIMAL DEPO & WD 20.000
- PROSES DEPO & WD TERCEPAT
- KARTU-KARTU BERKUALITAS DISAJIKAN
- CS RAMAH & INSPIRATIF SIAP MEMBANTU 24 JAM
- TIPS & TRIK MENJADI KEUNGGULAN SITUS INI
cukup kunjungi kami Legenda QQ
klik daftar dan daftarkan diri anda
atau bisa juga melalui live chat dan cs kami akan membantu anda 24jam boss !!!
Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama kami !!!
Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar" nya !!!
Contact Us :
+ website : legendapelangi.com
+ Skype : Legenda QQ
+ BBM : 2AE190C9
Pokermulia.NET |
ReplyDeleteKARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda dan mendapatkan jackpotnya ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 6 Permainan.
• Ceme
• Ceme Keliling
• Capsa
• Domino
• Poker
• Superten
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +85593842699
• BB : D3F98F26
• line : POKERMULIA
Come & Join Us